Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Setiap orang pasti sepakat kalu seorang guru harus menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Bukahkah guru itu digugu lan ditiru. Namun, apakah guru cukup menjadi teladan? Menurut penulis tidak. Mengapa? Karena guru juga harus sejati dan revolusioner. Artinya, yang perlu disoroti di sini juga semangat guru dalam mengemban tugas mulianya.Secara implist, bisa disimpulkan ada “guru sejati” dan “guru aspal”. Guru sejati adalah meraka yang menjalankan tugasnya dengan penuh semagat keikhlasan dan semangat revolusioner mendidik anak bangsa. Sedangkan guru aspal adalah mereka yang berorientasi pada “rupiah” belaka, mengajar tanpa mendidik, memenuhi presensi tanpa menjadi motivator sejati bagi siswa di sekolah.
Era global seperti ini memang menuntut guru untuk menjadi pragmatis. Artinya, guru butuh kesejahteraan dan kemakmuran. Dan hal itu salah satunya diperoleh dari tugasnya sebagai guru di lembaga pendidikan. Di sisi lain munculnya kebijakan sertifikasi semakin menjadikan guru salah niat dalam mengajar. Padahal kebijakan tersebut seharusnya menjadikan guru lebih kreatif, inivatif, dan profesional dalam mengemban misi mencerdaskan anak bangsa, bukan sekedar mengejar rupiah. Oleh karena itu, hal ini harus segera diluruskan.
Sebagian orang berpendapat, bahwa mengajar yang dilakukan guru adalah proses penyampaian atau mentransfer ilmu dari seorang pendidik kepada peserta didik. Tetapi tampaknya pendapat ini harus jauh-jauh ditinggalkan, karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Kini mengajar harus kita maknai sebagai sebuah kegiatan yang komplek, yaitu penggunaan secara integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan ilmu. Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud di sini harus dilandasi dengan seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu pengetahuan/wawasan. Sedangkan penerapannya akan menjadi unik bila dipengaruhi oleh semua komponen belajar mengajar. Komponen yang dimaksud adalah tujuan yang hendak digapai, ilmu yang ingin disampaikan, peserta didik, fasilitas , lingkungan belajar, dan yang tidak kalah penting adalah keterampilan, kebiasaan serta wawasan guru tentang dunia pendidikan .
Dalam praktik pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang melakukan kesalahan–kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan tersebut sering kali tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak di antaranya kesalahan yang dilakukan guru, bahkan masih banyak yang menganggap hal ini biasa dan wajar. Padahal, sekecil apapun kesalahan yang dilakukan oleh guru, khususnya dalam pembelajaran, akan berdampak negative terhadap perkembangan peserta didik.
Jika mengajar dipahami sebagai kegiatan mentransfer ilmu kepada siswa, maka mengajar itu sendiri hanya akan terbatas pada penyampaian ilmu itu saja. Guru di pihak pertama menyampaiakan ilmu dan siswa di pihak kedua akan menerima secara pasif. Prosesnya pun bisa diketahui, pembelajaran akan berjalan secara membosankan. Karena yang mendominasi pembelajaran adalah guru, sedangkan peserta didik hanya sebagai penerima.
Namun, apabila mengajar dimaknai sebagai segala upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk menciptakan proses belajara pada peserta didik dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka jelas bahwa yang menjadi sasaran akhir dari proses pengajaran itu ialah peserta didik belajar. Artinya dalam hal ini segala upaya apapun dapat dilakukan selagi bisa dipertanggungjawabkan, dan bisa menghantarkan peserta didik menuju pencapaian tujuan belajar yang telah dicanangkan, artinya peserta didik belajar secara aktif, dan yang mendominasi dikelas adalah peserta didik.
Seorang guru yang professional harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah, dan yang paling penting adalah mengendalikan dirinya serta menghindari dari kesalahan-kesalahan yang mungkin akan dilakukanya.
Untuk menjadi guru yang professional seorang guru harus memiliki :
1. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hamper dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.
2. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Menjadi guru kreatif dan professional dituntut untuk memiliki metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran menyenangkan. Cara guru melakukan suatu kegiatan pembelajaran mungkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya. Sedikitnya terdapat lima pendekatan pembelajaran yang perlu dipahami guru professional untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu pendekatan kompetensi, pendekatan keterampilan proses, pendekatan lingkungan, pendekatan kontekstual, dan pendekatan tematik.
3. Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan menyenangkan
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan diantaranya keterampilan membelajrakan dan keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, member penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi, mengelola kelas dimana keterampilan tersebut harus utuh dan terintegrasi.
Pembelajaran kreatif merupakan sebuah konsep pembelajaran yang dipandang sesuai dengan tuntutan pembelajaran mutakhir. Oleh karena itu, setiap sekolah seyogyanya dapat mengimplementasikan dan mengembangkan pembelajaran aktif ini dengan sebaik mungkin. Dengan merujuk pada gagasan dari Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (2010), berikut ini disajikan sejumlah indikator atau ciri-ciri sekolah yang telah melaksanakan proses pembelajaran aktif ditinjau dari aspek: (a) ekspektasi sekolah, kreativitas, dan inovasi; (b) sumber daya manusia; (c) lingkungan, fasilitas, dan sumber belajar; dan (d) proses belajar-mengajar dan penilaian.
4. Membimbing Keberhasilan Peserta Didik
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru dalam membimbing dituntut kesabarannya dalam menghadapi peserta didik terutama peserta didik yang lambat belajar.
5. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal, dan non verbal, dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari poenggunaan respon yang negative. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian seperti bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian. Sedangkan pujian secara non verbal dapat dilakukan dengan: gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol, dan kegiatan yang menyenangkan.
Penguatan dilakukan bertujuan untuk:
- Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran
- Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
- Meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif.
6. Keterampilan Mengadakan Variasi
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran dalam upaya untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan.
Penutup
Hakekat mengajar itu merupakan usaha guru menciptakan dan mendesain proses belajar pada peserta didik. Jadi yang terpenting dalam belajar mengajar itu bukanlah bahan yang disampaikan oleh guru, akan tetapi proses peserta didik dalam mempelajari bahan tersebut (guru lebih menghargai proses dari pada hasil). Sekali lagi peranan yang menonjol dalam belajar mengajar ada pada peserta didik, ini bukan berarti bahwa peranan guru tersisihkan, hanya diubah saja.
Jadi, guru yang profesional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik melalui keterampilan-keterampilan khusus agar tercipta sebuah pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan meyenangkan.
Kepustakaan :
- Bobby DePorter (2010).Ways to Make Training Active. Boston
- Firestone, W.A. (1993). Why Professionalizing Teaching Is Not Enough. No.6 March
- Joice, Bruce. (1996). Models of Teching. Boston: Allyn and Bacon
- Kusuma, (2007), Pendidikan Karakter:Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Grasindo
- Mulyasa (2008),Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreaktif dan Menyenangkan, Remaja Rosdakarya.Bandung
- Mark K.Smith,dkk.(2009).Teori Pembelajaran & Pengajaran. Mirza media Pustaka.Yogyakarta
- Martinis (2005). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.Gunung Persada Pers.Jakarta
- Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010. Panduan Pengembangan Pendekatan Belajar Aktif; Buku I Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta
- Sardiman.(2005).Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar.PT.Raja Grafindo persada.Jakarta
- Scott D Richman (2013).Successful Teaching. Toronto