Oleh: Dr. Muhammad Roihan Daulay, M.A
Informasi tersebut tentunya tak hanya hiburan, tapi juga ilmu yang berguna untuk pendidikan. Anak bisa belajar IPTEK dengan cara yang lebih menyenangkan dan interaktif lewat teknologi. Tak lagi hanya duduk menyimak guru yang mengajar di depan kelas.
Inilah mengapa sudah saatnya kita memikirkan kembali bagaimana proses pembelajaran yang seharusnya terjadi di dalam dunia pendidikan kita untuk memasuki era digital saat ini. Sepertinya proses pembelajaran yang konvensional atau tradisional yang ada saat ini sudah saatnya harus diubah. Tentunya karena mengingat bahwa kita tidak ingin anak-anak usia sekolah saat ini lebih banyak belajar dari dunia digital yang mereka temui setiap saat dibanding dengan pembelajaran di dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhannya.
Pendidikan konvensional masih lebih menekankan kepada mengingat/menghapalkan, memperoleh informasi hanya dari satu arah atau mengaplikasikan prosedur sederhana yang kemudian tidak membuat mereka mahir dalam berpikir kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Di dalam pendidikan konvensional yang bisa kita sebut sebagai periode pendidikan menjelang era digital, guru masih lebih banyak berperan sebagai sumber dan penyampai informasi bagi peserta didiknya. Selain itu, karakteristik materinya masih dibatasi dengan sumber-sumber baku yang terbatas dan peserta didik masih hanya sebagai penerima informasi.
Guru masih memiliki otoritas penuh terhadap proses pembelajaran dan menekankan kepada pengetahuan yang wajib dikuasai untuk kemudian diujikan dalam ulangan dan ujian akhir. Dengan kata lain proses belajar yang terjadi masih cenderung pasif dan peserta didik masih berperan sangat kecil dalam proses belajar mengajar. Tidak ada tempat bagi peserta didik untuk berinovasi dan berkreasi dalam pembelajaran di dalam kelas.
Menghadapi era digital saat ini, sudah saatnya kita mengubah paradigma proses pembelajaran di dalam kelas menjadi suatu proses yang penuh dengan pengalaman, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkolaborasi dengan gurunya, dengan temannya untuk membangun dan mengorganisasi pengetahuan, melibatkan diri dalam penelitian, belajar menulis dan menganalisis serta mampu mengkomunikasikan apa yang mereka alami sebagai suatu pemikiran baru sebagai wujud pengalaman sesuai dengan usia mereka.
Di dalam era digital orang dapat belajar menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber, dan ini merupakan tantangan bagi guru untuk menemukan pendekatan yang mana yang akan dipakai dalam membantu peserta didiknya untuk belajar secara efektif. Guru di era digital perlu memahami bagaimana cara peserta didiknya belajar dan mencarikan yang terbaik di antara berbagai pilihan tersebut. Dengan kata lain selama guru belum memahami bagaimana kemampuan, kebutuhan dan kekuatan masing-masing individu peserta didiknya dalam mempelajari sesuatu akan sulit bagi guru menentukan metode belajar dan mengajar yang akan berdampak positif kepada peserta didiknya.
Dengan kondisi tersebut di atas, sudah saatnya kita memikirkan kembali bagaimana metode belajar mengajar yang dapat digunakan dalam menghadapi era digital saat ini. Pembelajaran kreatif merupakan salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam mewujudkan tuntutan era digital pendidikan saat ini di antara banyak pilihan lainnya.
Ide metode pembelajaan kreatif sendiri memiliki dua makna, pembelajaran kreatif dan membelajarkan kreatif. Perbedaan kedua hal ini adalah, pembelajaran kreatif lebih melibatkan peranan guru dalam membuat proses pembelajaran di dalam kelas menjadi menarik bagi peserta didik, lebih efektif dan menggunakan pendekatan imajinatif. Sebaliknya kalau membelajarkan kreatif lebih menekankan kemampuan guru dalam mengidentifikasi kekuatan kreatifitas peserta didiknya, memperkuat daya kreatifnya dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mewujudkannya.
Pendekatan proses pembelajaran kreatif akan sangat beragam jika diterapkan dalam dunia pendidikan kita, mengingat demografi dan kondisi daerah masing-masing. Dan juga harus disesuaikan dengan usia anak sekolahnya, tentu saja kreatif bagi anak SD akan berbeda dengan anak usia SMP atau SMA bahkan SMK sekalipun. Di sinilah seorang guru di masing-masing jenjang pendidikan dapat menyesuaikan metode pembelajaran kreatif atau membelajarkan kreatif yang diterapkannya.
Sekarang, bagaimanakah sistem pendidikan yang kita bangun di dalam menghadapi era digital tersebut? Apakah sudah mengarah kepada pembelajaran kreatif? Apakah sudah siap guru kita dalam mengimplementasikan pembelajaran kreatif?
Menjawab tantangan era digital tersebut, sebenarnya kebijakan pemerintah dalam penerapan Kurikulum 2013 telah memberikan peluang bagi guru kita untuk melakukan pembelajaran kreatif atau bahkan membelajarkan kreatif bagi peserta didiknya.
Nah, coba sekarang kita cermati apa saja yang ada dalam Kurikulum 2013.
Model pembelajaran di dalam kurikulum 2013 yang antara lain terdiri dari; inquiry based learning, discovery based learning, project based learning, dan problem based learning, sebenarnya telah memberikan peluang dan pedoman untuk guru dapat melakukan pembelajaran kreatif di dalam kelasnya. Kemudian jika dicermati dari metode pembelajaran yang disarankan dalam Kurikulum 2013 antara lain diskusi, eksperimen, demonstrasi dan simulasi, maka juga telah memberikan kesempatan kepada peserta didiknya untuk kreatif.
Jika kemudian kedua hal ini, baik model maupun metode pembelajaran dilaksanakan di dalam proses pembelajarandi dalam kelas, maka kemungkinan penguasaan ranah kompetensi yang dituntut ada dalam diri peserta didik setelah mengikuti pembelajaran yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan akan dapat tercapai dan ini merupakan wujud dari pembelajaran kreatif yang nyata dari proses tersebut.
Proses pembelajaran kreatif ini kemudian harus diukur dengan menggunakan penilaian otentik seperti yang diharapkan dalam Kurikulum 2013, karena diharapkan guru dapat mengetahui dengan pasti bagaimana kekuatan dan kemampuan peserta didiknya secara individu, untuk selanjutnya dilakukan pengembangan dan peningkatan sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.
Masih banyak hal lain lagi yang dapat menunjukkan kepada kita bahwa Kurikulum 2013 telah mengarah kepada pembelajaran kreatif dalam menuju era digital saat ini.
Jika kita lihat dari sisi kesiapan guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013, sejak beberapa tahun yang lalu pemerintah telah melaksanakan banyak sekali program pelatihan Kurikulum 2013 bagi guru dan pemangku kepentingan di sekolah.
Kegiatan sosialisasi dan pelatihan Kurikulum 2013 baik yang dilaksanakan secara langsung oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan maupun oleh Unit Pelaksana Teknis dalam hal ini PPPPTK di seluruh Indonesia bertujuan untuk memberikan gambaran tentang konsep, karakteristik dan pemahaman perangkat dan pedoman tentang bagaimana mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan. Meskipun belum semua guru dapat terakomodasi mengikuti pelatihan ini, namun intinya adalah pemerintah juga telah berusaha membantu guru dalam menghadapi ‘pembelajaran jaman now’ yang dituntut oleh era digital saat ini.
Selanjutnya yang diharapkan adalah bagaimana guru dapat memperkaya dirinya dengan metode atau model pembelajaran kreatif secara mandiri atau melalui kelompok-kelompok kerja guru yang ada pada daerah masing-masing. Yang perlu menjadi perhatian bagi guru adalah karena akses yang digunakan guru dalam mencari informasi sebagai bahan pembelajaran sama saja dengan akses yang digunakan oleh peserta didiknya, jadi jangan sampai guru tertinggal dari peserta didiknya.
Jadi kesimpulannya, jika kita kaitkan tuntutan era digital dengan sistem pendidikan kita saat ini, maka Kurikulum 2013 merupakan jalan keluar dan dapat dijadikan pedoman bagi guru dan peserta didik kita dalam mewujudkan pendidikan abad 21 atau ‘Pendidikan Jaman NOW’…